NENG GEM HYANG AGUNG - Penerbit SituSeni

Sabtu, 15 Mei 2021

NENG GEM HYANG AGUNG

Memandang-mu dari arah samping
tampaklah ketenangan telaga suci terjanji
membentang dari Laut Mati di Jazirah Arabia
hingga Paparan Sunda di Atlantis yang raib
aku tiba-tiba lupa bagaimana rasanya perih
karena ditelikung atau dikhianati
karena disalip di pengkolan atau ditinggalkan begitu saja

Mataku memicing sebelah seraya mendongak ke atas
kulihat horison tampak berkecukupan
tengah berbagi berkah lewat hujan ‘ka sorenakeun’
nanti sore, moga hujan berkah itu turun
dan aku jadi orang pertama yang tertimpa
tetes hujan munggaran
setelah itu, mereka yang berbondong hujan-hujanan
sudah terlambat dan un-faedah

Neng Gem, memandang-mu dari arah depan
bibir-mu yang syarat senyuman surili atau panda
tak mudah kudefinisikan begitu saja
aku benar-benar tak ingin dan tak boleh gegabah
beribu kamus dari mulai Miriam Webster
hingga Purwadarminta, tak memuat lema tentang
keanggunan-mu, bahkan ketika kau tak bergincu

Sekarang aku mulai bertualang kembali
ke pedalaman diri dan ke tempat-tempat terasing
yang belum disebutkan bahkan dalam dongengan
hingga tersesat dan tak tahu jalan pulang
aku butuh guru yang sanggup menjadi tauldan
dapat menunjukkan arah, tata dan cara
membukakan seluruh tabir rahasia
hanya untuk memahami makna terdalam
dari senyuman-mu
yang bagai mengalirkan tuak
membuat orang-orang mabuk berjamaah
mabuk syariat mabuk menuding!


Bandung, 2019 - 2021
Comments


EmoticonEmoticon